Sabtu, 28 Februari 2015

Dimuliakan dalam Kemuliaan Kristus (Kebaktian Pemuda)

KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 15 Feb 2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Pdt. Nugroho  
Bacaan Alkitab: 2 Raja-raja 2: 1 – 12; Markus 9: 2 – 9

Seperti  postingan sebelumnya, tema khotbah kali ini sama, tapi materi yang disampaikan berbeda detilnya, jadi kita bisa dapetin oleh-oleh yang sama tapi beda rasa, hehehe… Kisah mengenai permuliaan Yesus di atas gunung merupakan peristiwa transfigurasi. Transfigurasi alias perubahan, menandakan juga perubahan kita. Jika kita menerima Yesus, kita dipindahkan dari kodrat dosa menjadi kodrat ilahi. Kita yang tadinya udah di’nasib’kan berdosa gara-gara Adam dan Hawa, punya kesempatan kedua untuk kembali bersih dengan jalan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Di depan mata murid-muridNya, Yesus membuktikan bahwa kemuliaan Allah bukanlah suatu cita-cita doang atau angan-angan belaka, melainkan suatu hal yang nyata. Untuk mendapatkannya, manusia batiniah kita dan hati pikiran kita harus terus dibaharui oleh Tuhan Yesus. Setiap saat. Jangan biarkan waktu yang kita lalui berlalu dengan sia-sia, melainkan teruslah mendekat kepada Tuhan supaya kita makin tahu apa kehendakNya.

Yakinlah bahwa kita telah mati bagi dosa (Roma 6: 1 – 4) agar kita semakin serupa dan sempurna seperti Yesus. Nggak ada yang nggak mungkin. Baharui terus hidup kita melalui pengakuan dosa. Inget, orang yang males mengaku dosanya lama-lama mengarah kepada dosa kesombongan. Dia berpikir bahwa dia perfect, terus dia bakalan mikir kalau dia nggak butuh Tuhan. Hey! Kita ini ciptaanNya, kita butuh di-‘maintain’ oleh Dia. Kalau nggak, kita akan ‘rusak’ dan nggak berguna.

Identifikasi Yesus sebagai bagian dari Kerajaan Allah dibuktikan dengan kehadiran Elia dan Musa. Kemesiasan Yesus diperlihatkan melalui penderitaan dan kematian. Bayangkan betapa mahalnya harga setiap dosa yang harus kita bayar dan telah Ia gantikan. Lunas. Saat Yesus masih hidup, Petrus tidak dapat melihat kemesiasan Yesus dalam kematianNya, Petrus justru berpikir dengan pikiran manusia dimana seharusnya mesias menjadi seorang yang dielu-elukan dan berjaya, bukannya mati dengan tidak terhormat. Menurut Paulus, pikiran bahwa Yesus harus menjadi raja yang berjaya adalah pikiran/ketertutupan hati, jauh dari pikiran yang penuh dengan belas kasihan.

Dari peristiwa transfigurasi ini, tercermin puncak kemuliaan Tuhan yang diikuti oleh peristiwa penyaliban dan kematian Yesus. Tujuan utama peristiwa transfigurasi Kristus adalah penyelamatan dari Kristus bila kita mengikut Dia. Kita akan dimuliakan bersama-sama dengan Dia. Sekarang, kitanya mau nggak diselamatkan?

Dimuliakan Dalam Kemuliaan Kristus

KEBAKTIAN UMUM 15 Feb 2015 pk 07.00 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Pdt. Esakatri Parahita  
Bacaan Alkitab: 2 Raja-raja 2: 1 – 12; Mazmur 50: 1 – 6; 2 Korintus 4: 3 – 6; Markus 9: 2 – 9

Khotbah minggu ini bertemakan tentang kemuliaan Kristus. Bacaan Injil yang diambil juga mengisahkan momen kudus dimana Yesus dimuliakan di atas bukit dan 3 orang muridNya menjadi saksi. Mengapa harus 3 orang? Tidakkah cukup 1 orang saja? Tujuan Yesus membawa 3 orang muridNya adalah agar ada lebih dari 1 orang saksi yang melihat secara langsung saat Ia dipermuliakan. Pada saat itu, tubuh kemuliaan Yesus nampak, ini menjadi bukti bahwa Ia benar-benar Anak Allah.

Tujuan Yesus memperlihatkan kemuliaanNya adalah agar muridNya tahu bahwa Ialah sesungguhnya Sang Mesias. Dalam momen itu, nampak juga Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus. Musa yang saat turun dari gunung di jamannya disaksikan oleh bangsa Israel bahwa wajahnya sangat bercahaya sehingga harus ditutupi. Hal ini dikarenakan hubungannya yang intim dengan Allah. Sedangkan Elia adalah seorang yang diyakini bangsa Israel bahwa ialah yang mempersiapkan pertemuan bangsa Israel dengan Mesias.

Apa yang terjadi dengan Petrus dalam pengalaman rohani yang luar biasa itu? Ia malah kebingungan sampai tidak tahu harus berkata apa. Bayangin dong, kita aja kalo mendadak ketemu Bung Karno, misalnya, pasti ga tau harus bilang apa. Nyiapin pertanyaan juga nggak. Jadi, Petrus pada saat itu malah ngomongin hal-hal remeh seperti nyiapin kemah buat Musa dan Elia. Ckckck.. Sesuatu juga nih Petrus.. Gara-gara bagi Petrus suasananya jadi awkward, dia sampe ditegur untuk mendengarkan Yesus. Sama seperti kita yang harus mendengarkan perintah Tuhan, bukannya ngurusin hal-hal remeh dan ga penting.

Yesus ingin agar pengalaman ini nyata dalam perbuatan keseharian Petrus, perbuatan yang dapat meredakan badai. Sama juga untuk kita. Tuhan tidak akan membiarkan kita mengatasi badai sendirian karena ada kemuliaan Tuhan yang akan dinyatakan dalam badai yang menimpa kita. Maksudnya gimana sih? Maksudnya gini, coba bayangin kalau hidup kita sempurna. Mau kaya langsung kaya, nggak pake kerja keras, langsung punya banyak uang. Mau bahagia, nggak pake air mata, langsung bahagia. Mau kerjaannya berhasil, nggak pake berantem gontok-gontokan sama temen se-tim, langsung kerjaannya lancar jaya mulus kayak jalan tol di tengah malem. Terus, peran Tuhan mana? Semuanya sempurna, kita nggak perlu Tuhan. Taunya Tuhan ‘hanya’ Pencipta, bukan Penolong. Nah, dengan adanya ‘badai’ dalam hidup kita, Tuhan mau pakai kita untuk menjadi alat yang bisa memperlihatkan kemuliaanNya kepada orang-orang yang belum mengenal Dia. Rencana yang sempurna.

Oleh karena itu, letakkanlah segala sesuatu yang kita anggap wajib kita letakkan di bawah terang Kristus. Ujilah, apakah kehendak kita itu berkenan di hadapan Tuhan atau justru tidak. Bila kita berhenti mengandalkan diri kita sendiri, maka kuasa Tuhanlah yang bekerja mengatasi masalah kita. Mulailah minta apa yang kita inginkan kepada Tuhan, namun jangan perlakukan Dia seperti pelayan, mintalah dengan sabar dan minta juga agar hanya kehendak Dialah yang terjadi, bukan kehendak kita. Lalu nantikanlah jawaban Tuhan dengan sabar. Yakinlah, kehendak Tuhan adalah yang terbaik untuk kita.

Minggu, 08 Februari 2015

Lebih dari Mujizat


KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 8 Feb 2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Pnt. Sri Handoko           
Bacaan Alkitab: Markus 1: 29 – 39

Sadar nggak kita, seringkali kalau kita berdoa pada Tuhan, kita memperlakukan Tuhan seperti pelayan? Minta supaya ujian kita lancar, minta supaya cepet sembuh, minta supaya gaji naik, minta supaya ini, supaya itu, dsb dsb. Terlebih lagi, kita sering minta hal-hal yang nggak masuk akal pada Tuhan. Lho, emangnya salah? Ya nggak, cuma sikap kita pada Tuhan itu yang salah. Kita nggak memprioritaskan Dia sama sekali. Apa hubungannya sama memprioritaskan? Hubungannya adalah dengan kita bersikap seperti seseorang yang lagi belanja di supermarket. Dia belanja susu, misalnya, dan pihak supermarket bikin promo beli susu 2 kotak bisa dapet undian berhadiah mobil atau jalan-jalan ke Bali. Orang ini lalu ngisi undian itu dengan data dirinya dan masukkin di kotak undian dengan pikiran nothing to lose, yakni “dapet sukur, nggak dapet juga nggak apa-apa”. Begitu pula dengan sikap kita ke Tuhan, kita ngelakuin kewajiban kita (kita pikir ini kewajiban padahal kebutuhan) dengan berdoa tiap hari, lalu dalam doa kita bisa minta kepada Tuhan, tapi sikap kita ya nothing to lose juga. Masukkin aja ‘kupon undian’ banyak-banyak, nggak dapet juga nggak apa-apa, nggak ngaruh juga.

Seperti halnya orang yang berbondong-bondong ingin bertemu Yesus untuk minta disembuhkan penyakitnya dan dilepaskan dari kerasukan roh jahat. Mereka nggak ada yang peduli latar belakang Yesus, dari mana Yesus berasal, identitas Yesus, dan yang terpenting: apa tujuan Yesus datang ke dunia. Nggak ada yang mau tahu. Mereka maunya yang penting kebutuhan gue terpenuhi.

Sikap memonopoli Yesus ditunjukkan orang-orang dalam bacaan di Markus 1: 29 – 39 ini, dimana mereka menahan Yesus dengan pikiran bahwa Yesus adalah tabib yang sanggup melakukan macam-macam. Mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan mereka penasaran mujizat apalagi yang dapat Yesus lakukan dan tunjukkan di depan mereka. Namun disini Yesus bersikap adil dan pergi mengajar di kota-kota lain. Di ayat ke 34 juga dijelaskan bahwa Yesus melarang setan-setan itu berbicara saat Ia sedang mengusir setan. Mengapa Ia berbuat demikian? Tujuannya supaya para penduduk kota tersebut tidak langsung tahu siapakah Dia sebenarnya. Ia mau supaya mereka sadar dengan sendirinya mengenai identitas Yesus yang sebenarnya dan apa tujuan Ia datang ke dunia.

Mujizat yang kita alami tak selamanya selalu sama dengan apa yang kita mau dan kapan waktunya seperti yang kita rencanakan. Rencana Tuhan selalu yang terbaik untuk kita dan tepat pada waktunya. Jadi, jangan hanya ingat Tuhan pada waktu-waktu tertentu saja alias pada waktu kita butuh doang, tapi setiap waktu dan setiap kegiatan yang kita lakukan selalu sertakan NamaNya dalam doa kita. Minta supaya hanya kehendakNya saja yang terjadi karena rencana Tuhan selalu baik adanya.

Mengajar dan Berkata-kata dengan Kuasa


KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 1 Feb 2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Sdri. Verawati
Bacaan Alkitab: Ulangan 18: 15 – 20; Mazmur 111; 1 Korintus 8: 1 – 13; Markus 1: 21 – 28

NGAJAR. NGOMONG. Keduanya terkait satu sama lain. Kalo denger kata ‘ngajar’ orang pasti ngebayangin seseorang di depan banyak orang lagi ‘ngomong’. Selain untuk ngajar, manusia sebagian besar berkomunikasi dengan ngomong. Lidah, yang adalah otot sepanjang 7 cm ini, memiliki fungsi yang luar biasa dalam kehidupan kita. Nggak semuanya fungsinya positif, yang negatif juga banyak. Perkataan yang dihasilkan dari gerakan-gerakan lidah yang bekerjasama dengan otak memiliki efek yang besar dan kecil. Perkataan yang berkuasa dapat mengusir roh jahat, menjadi berkat, dan memotivasi orang.

Dalam bacaan di Ulangan 18: 18, terdapat nubuatan Musa mengenai kedatangan seorang nabi yang berkuasa dalam perkataannya. Yang menjadi perantara untuk manusia dengan Tuhan Allah. Tuhan Allah telah menaruh firman dalam mulutNya sehingga kata-kata yang Ia keluarkan merupakan perintah Allah kepada manusia.

Kemudian dalam bacaan di 1 Korintus 8: 1 – 13 telah dinyatakan mengenai perintah agar manusia tidak menjadi sombong karena memiliki kepandaian. Terkadang ada manusia yang berpikir bahwa ia mampu meraih yang ia mau karena perjuangan yang ia lakukan, sama sekali lupa pada anugerah dari Tuhan. Saking sombong dan lupa, ia keceplosan dan ngomong kepada sesamanya dengan sikap pongah. Sama sekali nggak jadi kesaksian. Terlebih bila kita sebagai anak Tuhan yang sudah tahu kebenaran malah melakukan hal itu dan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Tidak pantas. Lidah seperti pedang bermata dua, mampu memberkati dan mampu membunuh, oleh karena itu kita harus selalu minta kepada Roh Kudus agar Roh Kudus menjaga perkataan kita dan memberi peringatan pada kita supaya setiap perkataan yang kita keluarkan menjadi benar dan tidak menyakiti sesama.

Dalam Mazmur 111, kita diingatkan untuk selalu bersyukur karena kita memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan bisa berbahasa dengan baik. Pemazmur ingin kita menghormati, mengagumi, dan takut akan kuasa Tuhan. Berhikmat dapat kita miliki jika kita takut akan perintah Tuhan dan mau mengikuti kehendak Tuhan.

Kisah Tuhan Yesus yang ditulis dalam Markus 1: 21 – 28 menjadi contoh bagi kita bahwa bila kita dekat dengan Tuhan, mengenalNya dengan baik dan intim, perkataan kitapun dapat berkuasa dan jadi berkat bagi sesama. Tuhan Yesus yang mengusir setan dari tubuh seseorang yang kerasukan roh jahat membuktikan bahwa tak ada yang perlu kita khawatirkan mengenai kuasa gelap bila kita sendiri sudah dalam terangNya yang ajaib.