KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 8 Feb 2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Pnt. Sri Handoko
Bacaan Alkitab: Markus 1: 29 –
39
Sadar nggak kita, seringkali kalau kita berdoa pada Tuhan, kita
memperlakukan Tuhan seperti pelayan? Minta supaya ujian kita lancar, minta
supaya cepet sembuh, minta supaya gaji naik, minta supaya ini, supaya itu, dsb
dsb. Terlebih lagi, kita sering minta hal-hal yang nggak masuk akal pada Tuhan.
Lho, emangnya salah? Ya nggak, cuma sikap kita pada Tuhan itu yang salah. Kita nggak
memprioritaskan Dia sama sekali. Apa hubungannya sama memprioritaskan? Hubungannya
adalah dengan kita bersikap seperti seseorang yang lagi belanja di supermarket.
Dia belanja susu, misalnya, dan pihak supermarket bikin promo beli susu 2 kotak
bisa dapet undian berhadiah mobil atau jalan-jalan ke Bali. Orang ini lalu
ngisi undian itu dengan data dirinya dan masukkin di kotak undian dengan
pikiran nothing to lose, yakni “dapet sukur, nggak dapet juga nggak apa-apa”. Begitu
pula dengan sikap kita ke Tuhan, kita ngelakuin kewajiban kita (kita pikir ini
kewajiban padahal kebutuhan) dengan berdoa tiap hari, lalu dalam doa kita bisa
minta kepada Tuhan, tapi sikap kita ya nothing to lose juga. Masukkin aja ‘kupon
undian’ banyak-banyak, nggak dapet juga nggak apa-apa, nggak ngaruh juga.
Seperti halnya orang yang berbondong-bondong ingin bertemu Yesus untuk
minta disembuhkan penyakitnya dan dilepaskan dari kerasukan roh jahat. Mereka nggak
ada yang peduli latar belakang Yesus, dari mana Yesus berasal, identitas Yesus,
dan yang terpenting: apa tujuan Yesus datang ke dunia. Nggak ada yang mau tahu.
Mereka maunya yang penting kebutuhan gue terpenuhi.
Sikap memonopoli Yesus ditunjukkan orang-orang dalam bacaan di Markus
1: 29 – 39 ini, dimana mereka menahan Yesus dengan pikiran bahwa Yesus adalah
tabib yang sanggup melakukan macam-macam. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
mereka, dan mereka penasaran mujizat apalagi yang dapat Yesus lakukan dan
tunjukkan di depan mereka. Namun disini Yesus bersikap adil dan pergi mengajar
di kota-kota lain. Di ayat ke 34 juga dijelaskan bahwa Yesus melarang setan-setan
itu berbicara saat Ia sedang mengusir setan. Mengapa Ia berbuat demikian?
Tujuannya supaya para penduduk kota tersebut tidak langsung tahu siapakah Dia sebenarnya.
Ia mau supaya mereka sadar dengan sendirinya mengenai identitas Yesus yang
sebenarnya dan apa tujuan Ia datang ke dunia.
Mujizat yang kita alami tak selamanya selalu sama dengan apa yang kita
mau dan kapan waktunya seperti yang kita rencanakan. Rencana Tuhan selalu yang
terbaik untuk kita dan tepat pada waktunya. Jadi, jangan hanya ingat Tuhan pada
waktu-waktu tertentu saja alias pada waktu kita butuh doang, tapi setiap waktu
dan setiap kegiatan yang kita lakukan selalu sertakan NamaNya dalam doa kita. Minta
supaya hanya kehendakNya saja yang terjadi karena rencana Tuhan selalu baik
adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar