KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 18 Jan
2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Bpk. Imanuel
Karno
Bacaan Alkitab: Yohanes 1: 43 - 51
Selamat hari Minggu, teman-teman semua! Rada telat ngeposting nih, hehe..
Jalan-jalan ke puncak nih malem-malem sama keluarga pas di hari Minggu malem
emang oke banget, ga macet sama sekali.. Anyway, di postingan kali ini, temanya
mungkin (mungkin yah, ga tau yang laennya) mainstream. Bacaannya juga sering
yah, tentang bagaimana Tuhan Yesus memanggil murid-muridNya yang pertama. Tapi
seiring berjalannya waktu (tsaah..), tiap kita ngebaca bagian Alkitab yang
berulang-ulang, pasti (dan ini pasti, gw yakin, asal kita sungguh-sungguh) ada
sesuatu yang baru yang kita dapetin. Termasuk bacaan di minggu ini.
Nats Alkitab kali ini dimulai dengan pemanggilan Tuhan Yesus kepada Filipus.
Proses setiap orang dalam mengikut Yesus itu beda-beda. Mau itu lama atau
nggak, yang jelas proses itu menghasilkan cerita yang bisa mempengaruhi orang
lain. Kayak setiap pasangan, suami –istri, mereka punya kisah cinta
masing-masing yang pasti beda dengan pasangan lainnya. Ada yang kisahnya didominasi
kejadian lucu, seru, sedih, dan macem-macem. Contohnya perbedaan pengalaman
pertemuan dengan Yesus yang dialami oleh Saulus dan Filipus. Saulus, yang pada
jaman dia ngebantai pengikut Yesus, ga sempet ketemu Yesus sama sekali. Tapi
dia mengalami kemuliaan Yesus, ketemu dengan cara yang ajaib sampai dia harus
buta dulu. Beda dengan Filipus yang bisa ketemu Yesus secara fisik dan bisa
bersama-sama dengan Dia sebagai muridNya.
Dalam ayat 43, Yesus berkata, “Ikutlah Aku!”, itu memiliki kewibawaan
yang menyentuh hati Filipus dan menimbulkan komitmen dalam hati Filipus
sehingga ada respon positif dari Filipus dengan LANGSUNG mengikutiNya tanpa
embel-embel seperti, “Entar kerjaanku gimana? Keluargaku gimana? Aku belom beli
sikat gigi baru nih..”, dll, dll. Di ayat 45, selain respon internal dari dalam
hari Filipus berupa komitmen, respon eksternal yang ia lakukan adalah mengajak
Natanael. Ini bisa jadi contoh bagus buat kita. Begitu kita mendapat sesuatu,
ada keinginan kita untuk langsung kita bagikan terhadap sesama. Pasti pertama
pada kepikirannya ngebagiin duit yah? Yang dimaksud disini adalah berkat Tuhan
seperti FirmanNya yang kita dapetin setiap hari. Nggak mesti dalam bentuk teori
dengan berdiri di mimbar dan khotbahin sesama kita yang belum kenal Yesus, ‘khotbahinlah’
mereka dengan perbuatan kita. Saat bos kita nyuruh kita nggak jujur (misalnya
nge-markup budget kantor *amit-amit*), kita langsung doa minta pertolongan
Tuhan dan minta Tuhan kasih kita solusi untuk menyelesaikan masalah si bos jadi
kita nggak usah berbuat nggak jujur. Dengan penawaran solusi kita ke bos
setelah kita doa, itu bisa jadi ‘berkat’ yang kita bagikan untuk sesama kita
kok.
Natanael, dia tahu background Yesus dan berasa underestimate terhadap
Yesus yang adalah anak tukang kayu dan berasal dari Nazaret yang cuma kota
kecil, nggak segede Yerusalem atau Korintus. Hal ini bisa kita jadikan contoh untuk
membuang jauh-jauh sifat kita yang suka meremehkan orang lain hanya karena
penampilannya jelek, cara ngomongnya ga jelas, nggak berpendidikan, dll. Inget,
kita nggak tahu bahwa Tuhan memakai orang-orang demikian untuk membuat kita
bertobat dan makin dekat denganNya. Cara Tuhan memang unik, Ia menggunakan
aneka macam media yang nggak kita pikirkan untuk memanggil kita untuk
melayaniNya. Tapi Dia menunggu kesiapan hati kita, Dia bukan Tuhan yang memaksa
umatNya. Dia nunggu kita rindu melayaniNya dan makin dekat denganNya untuk
lebih tahu lagi kehendakNya.
Pengalaman Filipus dan Natanael yang beda menjadi acuan kita dalam
mengikut Yesus. Emang kenapa sih Tuhan memakai cara yang berbeda dalam
memanggil anak-anakNya? Itu karena Dia tahu persis bahwa pola pikir kita
berbeda dengan orang lain. Kalau proses mengikut Tuhan itu sama untuk setiap
orang, nanti hasilnya nggak optimal dong. Kayak misalnya nih yah, ada 2 orang
anak sekolah, yang satu rumahnya berjarak 10 km dari sekolah dan mesti 2 kali
ganti angkot, yang satu lagi cuma jalan kaki 10 menit juga nyampe. Dua-duanya
dikasih ongkos untuk 1 kali naik angkot. Ya hasilnya nggak optimal. Jomplang. Yang
rumahnya jauh kepaksa jalan kaki abis naik angkot yang pertama, yang rumahnya
deket bisa nabung ongkos angkotnya. Ini contoh yang baru aja gw pikirin, maaf
ya kalau jelek, hehe..
Untuk bisa makin dekat denganNya, kita nggak bsa pake kekuatan sendiri.
Harus dengan bantuan dari Tuhan. Oleh karena itu, MINTA sama Tuhan supaya dalam
mengikutiNya, kita bisa tetap bersandar padaNya meskipun lagi banyak masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar