Minggu, 25 Januari 2015

Dipanggil Untuk Mengikut Yesus





KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 18 Jan 2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Bpk. Imanuel Karno     
Bacaan Alkitab: Yohanes 1: 43 - 51

Selamat hari Minggu, teman-teman semua! Rada telat ngeposting nih, hehe.. Jalan-jalan ke puncak nih malem-malem sama keluarga pas di hari Minggu malem emang oke banget, ga macet sama sekali.. Anyway, di postingan kali ini, temanya mungkin (mungkin yah, ga tau yang laennya) mainstream. Bacaannya juga sering yah, tentang bagaimana Tuhan Yesus memanggil murid-muridNya yang pertama. Tapi seiring berjalannya waktu (tsaah..), tiap kita ngebaca bagian Alkitab yang berulang-ulang, pasti (dan ini pasti, gw yakin, asal kita sungguh-sungguh) ada sesuatu yang baru yang kita dapetin. Termasuk bacaan di minggu ini.

Nats Alkitab kali ini dimulai dengan pemanggilan Tuhan Yesus kepada Filipus. Proses setiap orang dalam mengikut Yesus itu beda-beda. Mau itu lama atau nggak, yang jelas proses itu menghasilkan cerita yang bisa mempengaruhi orang lain. Kayak setiap pasangan, suami –istri, mereka punya kisah cinta masing-masing yang pasti beda dengan pasangan lainnya. Ada yang kisahnya didominasi kejadian lucu, seru, sedih, dan macem-macem. Contohnya perbedaan pengalaman pertemuan dengan Yesus yang dialami oleh Saulus dan Filipus. Saulus, yang pada jaman dia ngebantai pengikut Yesus, ga sempet ketemu Yesus sama sekali. Tapi dia mengalami kemuliaan Yesus, ketemu dengan cara yang ajaib sampai dia harus buta dulu. Beda dengan Filipus yang bisa ketemu Yesus secara fisik dan bisa bersama-sama dengan Dia sebagai muridNya.

Dalam ayat 43, Yesus berkata, “Ikutlah Aku!”, itu memiliki kewibawaan yang menyentuh hati Filipus dan menimbulkan komitmen dalam hati Filipus sehingga ada respon positif dari Filipus dengan LANGSUNG mengikutiNya tanpa embel-embel seperti, “Entar kerjaanku gimana? Keluargaku gimana? Aku belom beli sikat gigi baru nih..”, dll, dll. Di ayat 45, selain respon internal dari dalam hari Filipus berupa komitmen, respon eksternal yang ia lakukan adalah mengajak Natanael. Ini bisa jadi contoh bagus buat kita. Begitu kita mendapat sesuatu, ada keinginan kita untuk langsung kita bagikan terhadap sesama. Pasti pertama pada kepikirannya ngebagiin duit yah? Yang dimaksud disini adalah berkat Tuhan seperti FirmanNya yang kita dapetin setiap hari. Nggak mesti dalam bentuk teori dengan berdiri di mimbar dan khotbahin sesama kita yang belum kenal Yesus, ‘khotbahinlah’ mereka dengan perbuatan kita. Saat bos kita nyuruh kita nggak jujur (misalnya nge-markup budget kantor *amit-amit*), kita langsung doa minta pertolongan Tuhan dan minta Tuhan kasih kita solusi untuk menyelesaikan masalah si bos jadi kita nggak usah berbuat nggak jujur. Dengan penawaran solusi kita ke bos setelah kita doa, itu bisa jadi ‘berkat’ yang kita bagikan untuk sesama kita kok.

Natanael, dia tahu background Yesus dan berasa underestimate terhadap Yesus yang adalah anak tukang kayu dan berasal dari Nazaret yang cuma kota kecil, nggak segede Yerusalem atau Korintus. Hal ini bisa kita jadikan contoh untuk membuang jauh-jauh sifat kita yang suka meremehkan orang lain hanya karena penampilannya jelek, cara ngomongnya ga jelas, nggak berpendidikan, dll. Inget, kita nggak tahu bahwa Tuhan memakai orang-orang demikian untuk membuat kita bertobat dan makin dekat denganNya. Cara Tuhan memang unik, Ia menggunakan aneka macam media yang nggak kita pikirkan untuk memanggil kita untuk melayaniNya. Tapi Dia menunggu kesiapan hati kita, Dia bukan Tuhan yang memaksa umatNya. Dia nunggu kita rindu melayaniNya dan makin dekat denganNya untuk lebih tahu lagi kehendakNya.

Pengalaman Filipus dan Natanael yang beda menjadi acuan kita dalam mengikut Yesus. Emang kenapa sih Tuhan memakai cara yang berbeda dalam memanggil anak-anakNya? Itu karena Dia tahu persis bahwa pola pikir kita berbeda dengan orang lain. Kalau proses mengikut Tuhan itu sama untuk setiap orang, nanti hasilnya nggak optimal dong. Kayak misalnya nih yah, ada 2 orang anak sekolah, yang satu rumahnya berjarak 10 km dari sekolah dan mesti 2 kali ganti angkot, yang satu lagi cuma jalan kaki 10 menit juga nyampe. Dua-duanya dikasih ongkos untuk 1 kali naik angkot. Ya hasilnya nggak optimal. Jomplang. Yang rumahnya jauh kepaksa jalan kaki abis naik angkot yang pertama, yang rumahnya deket bisa nabung ongkos angkotnya. Ini contoh yang baru aja gw pikirin, maaf ya kalau jelek, hehe..

Untuk bisa makin dekat denganNya, kita nggak bsa pake kekuatan sendiri. Harus dengan bantuan dari Tuhan. Oleh karena itu, MINTA sama Tuhan supaya dalam mengikutiNya, kita bisa tetap bersandar padaNya meskipun lagi banyak masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar