KEBAKTIAN TAHUN BARU 2015 - GKI
JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Pdt Nugroho
Bacaan Alkitab: Pengkhotbah
3:1-13; Mazmur 8; Wahyu 21:1-6; Matius 25:31-46
Selamat tahun baru 2015! Wah, kebaktian pertama di tahun 2015 ini
temanya cukup menarik yah. “Menakjubkan, Tahun Tuhan Datang Lagi”. Emang apanya
yang menakjubkan? Tiap tahun kan tahun baru begitu-begitu aja. Orang
bakar-bakar ikan/jagung/barbeque, acara tv isinya panggung metal/pop/dangdut
semalem suntuk dengan berbagai macem penyanyi yang lagu-lagunya ga nyambung
dengan tahun baru atau film-film box office, dan yang paling disenengin orang
Indonesia: bakar petasan dan kembang api. Dari tema yang diajukan (“Datang
Lagi”), ini nunjukkin kalau setiap tahun adalah tahunnya Tuhan dan itu bener.
Kita harus ngerasainnya sebagai berkat, berkat bahwa kita diberi kesempatan
untuk ngerasain tahun baru 2015 dan kita ninggalin tahun 2014 dengan penuh rasa
syukur. Kenangan pahit atau manis di tahun 2014, kita tinggalin dengan senyum
karena Tuhan kasih kita berbagai pengalaman di tahun 2014 yang seharusnya kita
jadiin pembelajaran supaya ke depannya kita bisa jadi pribadi yang lebih baik
lagi.
Dari bacaan di kitab Wahyu 21:1-6, di ayatnya yang ke-2, ditulis
begini: “Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.”, nah, kita semua sebagai orang Indonesia yang sangat
menghargai wedding event, pasti tahu betapa ribetnya persiapan pernikahan.
Kakakku yang, puji Tuhan, baru aja menikah seminggu lalu, udah ngerasain itu.
Aku yang ikutan liat proses berdandannya, juga berasa kalau persiapannya itu
lamaaa banget! Untuk dandan juga hias-hias rambut, kita udah siap-siap dari
subuh, men. Tapi hasilnya dong, kakakku jadi perempuan paling cantik hari itu,
paling jadi pusat perhatian (yaiyalah), dan bikin suaminya pasti seneeeng
banget. Yohanes, murid Yesus, nge-artiin proses pendandanan penganten itu kayak
Yerusalem yang baru ini. Berarti cakep banget dong (Yerusalemnya, bukan
Yohanesnya *maap, A’a Yohanes*).
Perempuan (cowoknya juga, ding), yang jadi pengantin itu ngerasain
segalanya baru, bahkan di persiapannya aja, dia ngerasain sesuatu yang belom
pernah dia rasain karena dialah sang penganten. Definisi Yohanes juga gitu,
Tuhan ngebuat semuanya baru untuk manusia, karena Dia-lah sang Alfa dan Omega,
yang Awal dan yang Akhir. Yerusalem baru, kenapa harus Yerusalem, bukannya
Jakarta gitu? Karena Yohanes kan orang Yahudi, dia pake pengandaian kota
Yerusalem sebagai bumi yang baru. Pengharapan bangsa Israel pada jaman itu
adalah lepas dari penjajahan bangsa Romawi, impian kota Yerusalem yang baru ini
terlihat ‘fisik’, namun makna yang dimaksudkan Yohanes lebih dari itu.
Yerusalem Baru berkonsep akan pembangunan/pemulihan iman yang sumbernya dari Tuhan
(Wahyu 21:6).
Harapan akan pemulihan selalu ada, karena Tuhanlah Sang Empunya Waktu.
Ia akan terus melakukan pemulihan. Terus apa kita lantas duduk-duduk aja ga
ngapa-ngapain? Sebagai umat Kristen, apa yang harus kita lakukan? KITA HARUS BERJUANG. Umat Kristen yang
aktif, mereka akan merasakan pengharapan dari Tuhan (Wahyu 21:7), sedangkan
yang pasif dan pengennya seneng-seneng aja di dunia, yang akan mereka dapatkan
adalah kematian yang kedua, yang lebih ngeri dari kematian biasa (Wahyu 21:8).
Pemulihan ini ada kaitannya dengan masa lalu yang telah kita alami, setelah
kita mendapat berbagai pengalaman di masa lalu, pasti ada dong yang pengen kita
perbaikin. Masa sih kita mau gini-gini aja? Kalau kita udah nyaman kayak gini,
kita ga mau lepas dari comfort zone, maka sayang banget waktu yang udah Tuhan
kasih ke kita. Kita ga mau pake untuk maju. Oleh karena itu, masa lalu kita ini
ngebentuk masa sekarang, kita jadi kayak gini karena masa lalu kita. Terus,
masa kini kita menjadi investasi di masa depan (bahasanya kayak orang asuransi
nih..), kita bisa membuat masa kini kita (dalam Tuhan dong pastinya) menjadi
‘tabungan berjangka panjang’ buat masa depan kita. Nah, kalau harapan kita di
masa lalu ga terkabul, kita masih punya pengharapan di masa depan, asal kita
selalu bersama Allah. Inget yah, asal kita selalu bersama dengan Allah. Banyak
quotes duniawi yang minta kita untuk ngelupain masa lalu dan terus berjalan
maju tanpa nengok lagi ke belakang. Emang bener, ga salah kok, cuma dari hal
ini aku mikir, maksud dari quotes ini yang sebenernya itu ‘hal-hal dari masa
lalu yang ga nyenengin, yang bikin seteres, yang bikin lo mau gegulingan
nangis-nangis di bak sampah, itu LUPAIN ajeh’. Tapi kan ga semua orang
nangkepnya kayak gitu. Banyak juga hal-hal asik kok di masa lalu kita (aku
yakin pasti banyak) yang bermanfaat buat kita dan sesama.
Contohnya aja Yohanes. Kok bisa yah Yohanes tau tentang keadaan di masa
depan? Kan dia lagi dibuang ke Pulau Patmos, sendirian dan terasing (inget ga
sih film Cast Away-nya Tom Hanks?), trus kok bisa dia dapet informasi sebanyak
itu dengan keadaan dia ga punya smartphone ato tablet apalagi wifi? Emangnya
dia temenan sama mamaloreng? Hoy, Yohanes dapet penglihatan dari Tuhan, juga
dia pake semua pengalaman selama dia bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Artinya, bekal
masa lalu Yohanes (pembelajaran dia dari Tuhan Yesus) bermanfaat menjadi
penulisan kitab Wahyu yang menceritakan tentang masa depan. Bila kita mau
memulai dari masa kini, mari kita bentuk masa kini kita dengan hal-hal baik
sesuai dengan Firman Tuhan. Coba deh, mulai dengan pola pikir baru. Misalnya,
dengan ga ngebiarinin sikap buruk orang lain nentuin bagaimana kita harus
bersikap terhadap dia. Lho, maksudnya apa? Maksudnya itu, kan kita (ga smua
kali yah) kalau lagi ketemu orang, terus mood kita lagi bagus nih. Kita lagi
semangat dan penuh sukacita. Eh, si orang ini misalnya dalam situasi kebalik,
dia lagi kesel banget. Terus misalnya kita nyapa dia dengan semangat, dia malah
nanggepin dengan dingin-dingin aja, atau dengan kasar, atau yang lebih nyakitin,
kita malah dicuekin. Nah loh, biasanya kita kan malah ikutan kesel dan bales
cuekin dia. Kalo ditanya kenapa kita cuekin/bales dia dengan kasar, kita
bilangnya: lah, dia yang mulai duluan. Idih, emang pengikut Kristus kayak gitu?
Sikap kita terhadap sesama harus penuh kasih dan kelemah-lembutan, apapun
situasinya. Bukan berarti kalau kita dikasarin trus kita tetep ngintilin dia,
nanya-nanya ga penting, dengan pikiran kalo kita lagi dalam keadaan ‘penuh
kasih’, nggak, bukan begitu. Liat situasinya dan coba hibur dia (sebelumnya
tetep minta hikmat dari Tuhan, yah), kalau dia tetep kasar/dingin, ya udah,
tunggu aja sampe marahnya reda, baru kita tetep samperin dengan sikap mengasihi
yang sama. Jangan biarkan iblis mengatur dan mempengaruhi sikap kita terhadap
sesama.
Seperti ditulis dalam Pengkhotbah 3:1-13, untuk segala sesuatu ada
waktunya. Jangan telen bulet-bulet secara harfiah tulisan dalam kitab
Pengkhotbah ini. Kan silly jadinya kalo kita benci banget sama orang karena di
Pengkhotbah 3:8 ditulis “ada waktu untuk membenci”. Sekali lagi, minta hikmat
Tuhan dan Roh Kudus supaya kita mengartikan Firman ini dengan hati yang
terbuka. Maksud dari kata membenci disini itu luas, bukan membenci sesama, tapi
membenci sikap sesama yang menyakiti kita sehingga kita ga akan ngelakuin sikap
sama yang akan menyakiti sesama juga. Inti dari pasal 3 di Pengkhotbah ini ada
di ayat 11 yang ngenyatain kalau Tuhan membuat segala sesuatu indah pada
waktunya. Kita sebagai manusia yang cuma makhluk hina tapi diindahkan oleh
Tuhan (baca deh Mazmur 8), ga bisa menyelami pikiran Tuhan, juga pekerjaan yang
Ia lakukan (Pengkhotbah 3:11). Kita ga tau Tuhan sedang merencanakan apa dalam
hidup kita, tapi yang jelas sih Dia merencanakan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar