Minggu, 08 Maret 2015

Dibaptis dan Dicobai Agar Siap Memberitakan Injil

KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 01 Maret 2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Bpk. Bing Ananta Andimulia    
Bacaan Alkitab: Markus 1: 9 – 15

Selamat malam. Di postingan sebelumnya, aku menulis catatan khotbah dengan tema yang sama. Itu dari kebaktian sore, yang ini dari kebaktian Pemuda di siang hari. Dari bacaan Alkitab di kitab Injil Markus, kita dapat melihat persiapan Yesus sebelum Ia berkarya. Ada 4 poin yang dirangkum dalam hal ini:

1.       Tekad yang kuat
Tekad menentukan kemana arah kita melangkah. Faktor dari tekad adalah ketaatan, terutama ketaatan terhadap Tuhan. Maksudnya apa sih? Maksudnya gini, contohnya ya, kalau kita mau jadi pemain piano yang hebat, kita pasti cari tahu dulu apa aja yang harus kita lakukan. Yang pertama, punya piano untuk dimainin (entah beli atau minjem), trus baca buku tentang piano, trus latihan tiap hari bukannya latihan kalo ada waktu aja, dll. Kita taat pada prosedur untuk menjadi pianis hebat. Begitu juga dengan pelayanan, tekad seseorang untuk melayani diawali dengan ketaatan pada Tuhan. Pikirnya, ini semua untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan, supaya orang lain yang tadinya nggak kenal Tuhan jadi tahu siapa Tuhan dan juga tahu tentang keselamatan yang telah Yesus berikan secara cuma-cuma buat kita semua.

2.       Belajar rendah hati
Tuhan Yesus dibaptis oleh orang yang seumuran dan kalo bisa dibilang, levelnya ‘lebih rendah’ dari Dia. Orang-orang yang dibaptis oleh Yohanes adalah orang yang berdosa, bisa jadi orang lain menganggap Yesus termasuk orag berdosa juga makanya mau dibaptis. Kerendah hatian Yesus ditunjukkan dengan kemauanNya untuk disamakan dengan orang berdosa. Ia mau melakukan pembaptisan ini agar genap rencana Tuhan. Baptis adalah pengakuan bahwa kita mau ikut Tuhan. Banyak orang mengharapkan seseorang melakukan hal spektakuler setelah dibaptis. Tidak ada perubahan secara fisik setelah seseorang dibaptis, tapi dari komitmen yang telah diucapkan, seharusnya ada yang berubah. Salah satunya adalah pendewasaan iman.

3.       Pembaruan iman
Yesus berpuasa 40 hari di padang gurun yang identik dengan tempat untuk retreat dan juga tempat pencobaan. ‘Padang gurun’ kita adalah lingkungan dimana kita berada saat ini. Berhadapan dengan berbagai tipe orang yang memiliki karakter berbeda, seringkali menjadi cobaan bagi kita. Begitu juga dengan kemajuan jaman yang ‘mengharuskan’ kita melakukan ini itu yang nggak sesuai dengan Firman Tuhan, itu juga bisa menjadi salah satu cobaan bagi kita. Aku sering sekali bertemu orang dengan karakter yang ngeselin. Misalnya yang kalo ngomong itu blak-blakan dan nyakitin. Gini-gini aku orangnya sensitif lho, hehehe.. Lalu karena udah keterlaluan, si orang ini ditegur sama orang lain. Bukannya menerima teguran dan nasehat, orang ini malah bilang “Cara ngomong gue emang kayak gini, terserah lo mau nerima apa nggak.” Dari sisi orang ini, dia memperlihatkan bahwa dia susah untuk maju ke arah positif. Dari sisi kita sebagai orang percaya, kita jangan sampai terpengaruh dan membenci sesama kita. Harusnya kita membawa dia lebih dekat lagi dengan Tuhan. Perlihatkan kemampuan kita sebagai ‘garam dan terang’ (dengan bantuan Roh Kudus tentunya). Berdoa meminta pertolongan Tuhan untuk dijauhkan dari rasa benci (misalnya) membuat iman kita diupdate setiap hari. Yakin deh, kita bisa menuju arah yang lebih baik.

4.       Hidup dalam Firman Tuhan
Fungsi Firman Tuhan sebagai penguat kita saat sedang dalam pencobaan telah dibuktikan ribuan tahun yang lalu saat Yesus dicobai iblis. Dengan Firman Tuhan yang sudah melekat dalam hatiNya, ia mampu mengalahkan si pencoba ini. Salah satu teladan yang Tuhan Yesus perlihatkan ini harusnya bisa membuat kita lebih penasaran lagi dengan Firman Tuhan. Gali terus apa yang ada dalam Alkitab, jangan hanya sekedar membaca dan selesai. Minta hikmat dari Tuhan agar setiap kalimat di Alkitab yang sudah kita baca, dapat menjadi panduan kita dalam bermasyarakat, dalam berpikir, dalam berkata-kata, dan dalam bertindak. Juga bila ada kalimat di Alkitab yang dirasa susah dipahami, jangan diam saja dan membiarkan Firman itu lewat begitu saja di otak kita, tapi cari tahu sampai ketemu pemahaman sebenarnya. Googling, tanya-tanya, baca buku lain, atau samperin pendeta di gereja untuk menanyakan ayat itu. Sangat disayangkan bila ayat yang kita baca lewat begitu saja. Jadikanlah firman itu sebagai guide book dalam kehidupan kita, bukannya buku teks kuliah yang harus kita hafalkan supaya bisa lulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar