KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 01 Maret
2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Bpk. Bing Ananta
Andimulia
Bacaan Alkitab: Markus 1: 9 – 15
Selamat malam. Di postingan sebelumnya, aku menulis catatan khotbah
dengan tema yang sama. Itu dari kebaktian sore, yang ini dari kebaktian Pemuda
di siang hari. Dari bacaan Alkitab di kitab Injil Markus, kita dapat melihat
persiapan Yesus sebelum Ia berkarya. Ada 4 poin yang dirangkum dalam hal ini:
1.
Tekad yang kuat
Tekad menentukan kemana arah kita melangkah. Faktor dari tekad adalah
ketaatan, terutama ketaatan terhadap Tuhan. Maksudnya apa sih? Maksudnya gini, contohnya
ya, kalau kita mau jadi pemain piano yang hebat, kita pasti cari tahu dulu apa
aja yang harus kita lakukan. Yang pertama, punya piano untuk dimainin (entah
beli atau minjem), trus baca buku tentang piano, trus latihan tiap hari
bukannya latihan kalo ada waktu aja, dll. Kita taat pada prosedur untuk menjadi
pianis hebat. Begitu juga dengan pelayanan, tekad seseorang untuk melayani
diawali dengan ketaatan pada Tuhan. Pikirnya, ini semua untuk menyenangkan dan
memuliakan Tuhan, supaya orang lain yang tadinya nggak kenal Tuhan jadi tahu
siapa Tuhan dan juga tahu tentang keselamatan yang telah Yesus berikan secara cuma-cuma
buat kita semua.
2.
Belajar rendah hati
Tuhan Yesus dibaptis oleh orang yang seumuran dan kalo bisa dibilang,
levelnya ‘lebih rendah’ dari Dia. Orang-orang yang dibaptis oleh Yohanes adalah
orang yang berdosa, bisa jadi orang lain menganggap Yesus termasuk orag berdosa
juga makanya mau dibaptis. Kerendah hatian Yesus ditunjukkan dengan kemauanNya
untuk disamakan dengan orang berdosa. Ia mau melakukan pembaptisan ini agar
genap rencana Tuhan. Baptis adalah pengakuan bahwa kita mau ikut Tuhan. Banyak orang
mengharapkan seseorang melakukan hal spektakuler setelah dibaptis. Tidak ada
perubahan secara fisik setelah seseorang dibaptis, tapi dari komitmen yang
telah diucapkan, seharusnya ada yang berubah. Salah satunya adalah pendewasaan
iman.
3.
Pembaruan iman
Yesus berpuasa 40 hari di padang gurun yang identik dengan tempat untuk
retreat dan juga tempat pencobaan. ‘Padang gurun’ kita adalah lingkungan dimana
kita berada saat ini. Berhadapan dengan berbagai tipe orang yang memiliki
karakter berbeda, seringkali menjadi cobaan bagi kita. Begitu juga dengan
kemajuan jaman yang ‘mengharuskan’ kita melakukan ini itu yang nggak sesuai
dengan Firman Tuhan, itu juga bisa menjadi salah satu cobaan bagi kita. Aku sering
sekali bertemu orang dengan karakter yang ngeselin. Misalnya yang kalo ngomong
itu blak-blakan dan nyakitin. Gini-gini aku orangnya sensitif lho, hehehe..
Lalu karena udah keterlaluan, si orang ini ditegur sama orang lain. Bukannya menerima
teguran dan nasehat, orang ini malah bilang “Cara ngomong gue emang kayak gini,
terserah lo mau nerima apa nggak.” Dari sisi orang ini, dia memperlihatkan
bahwa dia susah untuk maju ke arah positif. Dari sisi kita sebagai orang
percaya, kita jangan sampai terpengaruh dan membenci sesama kita. Harusnya kita
membawa dia lebih dekat lagi dengan Tuhan. Perlihatkan kemampuan kita sebagai ‘garam
dan terang’ (dengan bantuan Roh Kudus tentunya). Berdoa meminta pertolongan
Tuhan untuk dijauhkan dari rasa benci (misalnya) membuat iman kita diupdate
setiap hari. Yakin deh, kita bisa menuju arah yang lebih baik.
4.
Hidup dalam Firman Tuhan
Fungsi Firman Tuhan sebagai penguat kita saat sedang dalam pencobaan
telah dibuktikan ribuan tahun yang lalu saat Yesus dicobai iblis. Dengan Firman
Tuhan yang sudah melekat dalam hatiNya, ia mampu mengalahkan si pencoba ini. Salah
satu teladan yang Tuhan Yesus perlihatkan ini harusnya bisa membuat kita lebih
penasaran lagi dengan Firman Tuhan. Gali terus apa yang ada dalam Alkitab,
jangan hanya sekedar membaca dan selesai. Minta hikmat dari Tuhan agar setiap
kalimat di Alkitab yang sudah kita baca, dapat menjadi panduan kita dalam
bermasyarakat, dalam berpikir, dalam berkata-kata, dan dalam bertindak. Juga bila
ada kalimat di Alkitab yang dirasa susah dipahami, jangan diam saja dan
membiarkan Firman itu lewat begitu saja di otak kita, tapi cari tahu sampai
ketemu pemahaman sebenarnya. Googling, tanya-tanya, baca buku lain, atau
samperin pendeta di gereja untuk menanyakan ayat itu. Sangat disayangkan bila ayat
yang kita baca lewat begitu saja. Jadikanlah firman itu sebagai guide book
dalam kehidupan kita, bukannya buku teks kuliah yang harus kita hafalkan supaya
bisa lulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar