KEBAKTIAN KOMISI PEMUDA 15 Maret
2015 pk 09.30 WIB - GKI JL PENGADILAN NO 35, BOGOR
Pelayan Firman: Pdt. Budiman –
GKI Bandar Lampung
Bacaan Alkitab: Bilangan 21: 4 –
9; Yohanes 3: 14 – 21
Selamat hari Minggu, blessed Readers! Khotbah yang saya dengar dan
renungkan siang ini membicarakan tentang merayakan hidup. Kedengarannya tak
berhubungan dengan Paskah ya, tapi kalau diperluas, sebenarnya ada hubungannya.
Kita akan bahas nanti. Manusia, contohnya saya, pasti berpikir bagaimana cara
agar hari demi hari yang kita lalui ini tidak berlalu dengan sia-sia, tapi
menghasilkan sesuatu. Ada juga yang berpikir, yah jalanin aja dulu (ini kalimat
anak SMP or SMA jaman sekarang yang paling sering dilontarkan saat pacaran dan
pasangannya nanya, “Ntar ke depannya kita gimana?” – kalimat orang yang males
mikir), jadi nikmati hidup sebagaimana adanya.
Dalam kehidupan, kita ditantang untuk merenungkan makna hidup, apakah
hanya sekedar hidup melalui hal-hal spektakuler tanpa berusaha mencari tahu apa
maknanya. Dengan memaknai hidup, kita jadi tahu tujuan hidup kita di dunia ini.
Memaknainya dengan cara melihat hal-hal kecil yang diberikan Tuhan sebagai
suatu berkat. Ada nggak yang setiap bangun pagi langsung mikir, terimakasih
Tuhan, saya bangun pagi ini dengan normal dan masih diberikan nafas kehidupan
olehMu, ada nggak? Bahkan hal-hal yang menurut kita tidak menyenangkan
sekalipun, bisa kita renungkan sebagai hal yang patut kita syukuri pada Tuhan. Pendeknya,
positive thinking. Orang ngebut di jalanan nyalip kendaraan kita, lalu kita
tidak langsung memaki-maki dalam atau luar hati, tapi kita mikir, mungkin dia
buru-buru, istrinya sakit mendadak, atau anaknya udah 2 jam nungguin dijemput,
atau orang tuanya perlu pakai mobil/motor yang sedang dia kendarai, dsb dsb. Dengan
demikian, apa yang kita dapat? Damai sejahtera di hati kitalah upahnya.
Coba deh iseng hitung dalam 1 hari, berapa keluhan yang kita keluarkan?
Lalu pikirkan, apa sih yang membuat kita mengeluh? Biasanya sih karena kita
tidak melihat berkat dan kasih Tuhan dalam tiap masalah, kegagalan, atau
kekecewaan yang kita hadapi. Jika kita menerima berkat yang orang duniawi
lihatnya sebagai keberhasilan, kesuksesan, kemampuan mengatasi masalah,
kekayaan, dll, kerap kali kita lupa siapa Pemberi semuanya itu. Seorang penulis
bernama Ayu Utami sempat berdebat dengan editornya kala ia menuliskan kalimat “Padaku
ada sesuatu” di bukunya. Sang editor ingin mengubahnya menjadi “Aku punya
sesuatu” karena dirasa maknanya sama saja dan kalimat “Padaku ada sesuatu”
dirasakan agak kuno dan membingungkan. Namun Ayu berkeras karena 2 kalimat
tersebut berbeda makna. “Aku punya sesuatu” melambangkan kitalah subjek dan
tokoh utamanya, yang kita miliki sekarang memang
hak kita dan kita pantas memilikinya, tak ada kerendah hatian dalam kalimat
ini. Sedangkan kalimat “Padaku ada sesuatu” bermakna yang aku miliki ini merupakan pemberian. Dengan mengubah cara
pandang kita bahwa kehidupan yang kita jalani ini semuanya dari Tuhan, di
situlah kita merayakan hidup. Baca deh Efesus 2: 1 – 10 untuk perbandingan.
Dalam bacaan kita tentang petualangan bangsa Israel bersama Musa, kita
melihat bahwa saat bangsa Israel bersungut-sungut, Tuhan mengirimkan ular
tedung untuk memagut mereka sampai mati. Lalu Musa memohon agar Tuhan
mengampuni mereka dan Tuhan memerintahkan Musa membuat ular dari tembaga yang memiliki
2 fungsi, pertama menyembuhkan (orang yang lihat ular tembaga itu tidak akan
mati karena gigitan ular tedung) dan yang kedua, mengingatkan bangsa Israel
bahwa keselamatan datangnya hanya dari Tuhan. Maknailah hidup kita sebagai
anugerah dan keselamatan dari Tuhan, terutama mengingat dan bersyukur bahwa
keselamatan itu datangnya dari pengorbanan dan kebangkitan Tuhan Yesus di kayu
salib yang akan kita peringati dan rayakan saat Paskah nanti. Apresiasikan
hidup ini dengan bersyukur pada Tuhan dan melakukan apa yang menyenangkan
hatiNya. GBU all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar